Pak Bejo adalah seorang pengusaha koran sederhana yang tengah meregang hampir menemui ajal karena penyakit menahun yang telah dideritanya di sebuah Rumah Sakit
Ditemani istrinya disertai tiga orang anaknya, dengan terbata-bata, dengan susah payah ia berusaha untuk berkomunikasi dengan mereka
Pak Bejo: “Untung! Untukmu Bapak wariskan empat blok apartemen persis di belakang Rumah Sakit ini!”
Untung (Sambil Berkaca-kaca Menahan Tangis): “Baik, Pak! Terimakasih!”
Pak Bejo: “Slamet! Kepadamu Bapak berikan enam deret rumah mewah di Cibubur!”
Slamet (Langsung Menangis Sesenggukan): “Iya, Pak! Terimakasih, Bapaaak!”
Pak Bejo: “Kamu Tono! Kamu dapet perkantoran di Slipi Jaya dari lantai 5 sampai lantai 15!”
Tono (Nggak Kuat Menahan Tangis): “Terimakasih, Pak! Hiks, hiks, hiks!”
Pak Bejo: “Dan terakhir, buat Ibu! Ibu mendapatkan 3 komplek vila mewah di Puncak, Bogor!”
Surti (Istri Pak Bejo): “Iya, iya, iya, Pak! Nggak usah kepikiran, Bapak tenang saja!”
Perawat Euis yang dari tadi mendengar percakapan antara Pak Bejo dengan anak-anak dan istrinya, berbisik kepada Surti Istri Pak Bejo: “Waaah! Nggak nyangka ya, Bapak walaupun hanya seorang pengusaha koran sederhana, tapi warisannya? Alhamdulillah ya, semua beliau wariskan buat keluarganya!”
Surti (Menimpali Komentar Perawat): “Kalo kamu mau, saya bisa berikan warisan yang diberikan suami saya ke saya tadi kok! Saya ikhlas, sungguh, Suster!”
Perawat Euis: “Ah yang bener? Ibu serius apa cuma bercanda nih?”
Surti: “Saya serius, Suster! Saya kan sudah tua, nggak ada gunanya lagi warisan-warisan itu! Karena saya udah nggak kuat!”
Suster Euis: “Kok nggak kuat sih, Bu? Nggak kuat lagi buat pemeliharanaan vila-vila di Puncak, Bu?”
Surti: “Bukan, Suster! Yang Bapak wariskan ke saya dan ketiga anak saya itu kan rute-rute antaran korannya! Saya udah nggak kuat lagi ngejalaninnya, Suster”
Suster Euis (Tepok Jidat): “%$#@&%$#@???”
Ditemani istrinya disertai tiga orang anaknya, dengan terbata-bata, dengan susah payah ia berusaha untuk berkomunikasi dengan mereka
Pak Bejo: “Untung! Untukmu Bapak wariskan empat blok apartemen persis di belakang Rumah Sakit ini!”
Untung (Sambil Berkaca-kaca Menahan Tangis): “Baik, Pak! Terimakasih!”
Pak Bejo: “Slamet! Kepadamu Bapak berikan enam deret rumah mewah di Cibubur!”
Slamet (Langsung Menangis Sesenggukan): “Iya, Pak! Terimakasih, Bapaaak!”
Pak Bejo: “Kamu Tono! Kamu dapet perkantoran di Slipi Jaya dari lantai 5 sampai lantai 15!”
Tono (Nggak Kuat Menahan Tangis): “Terimakasih, Pak! Hiks, hiks, hiks!”
Pak Bejo: “Dan terakhir, buat Ibu! Ibu mendapatkan 3 komplek vila mewah di Puncak, Bogor!”
Surti (Istri Pak Bejo): “Iya, iya, iya, Pak! Nggak usah kepikiran, Bapak tenang saja!”
Perawat Euis yang dari tadi mendengar percakapan antara Pak Bejo dengan anak-anak dan istrinya, berbisik kepada Surti Istri Pak Bejo: “Waaah! Nggak nyangka ya, Bapak walaupun hanya seorang pengusaha koran sederhana, tapi warisannya? Alhamdulillah ya, semua beliau wariskan buat keluarganya!”
Surti (Menimpali Komentar Perawat): “Kalo kamu mau, saya bisa berikan warisan yang diberikan suami saya ke saya tadi kok! Saya ikhlas, sungguh, Suster!”
Perawat Euis: “Ah yang bener? Ibu serius apa cuma bercanda nih?”
Surti: “Saya serius, Suster! Saya kan sudah tua, nggak ada gunanya lagi warisan-warisan itu! Karena saya udah nggak kuat!”
Suster Euis: “Kok nggak kuat sih, Bu? Nggak kuat lagi buat pemeliharanaan vila-vila di Puncak, Bu?”
Surti: “Bukan, Suster! Yang Bapak wariskan ke saya dan ketiga anak saya itu kan rute-rute antaran korannya! Saya udah nggak kuat lagi ngejalaninnya, Suster”
Suster Euis (Tepok Jidat): “%$#@&%$#@???”
